Berita bola terupdate. 6 Kekalahan Terburuk Real Madrid Sepanjang Sejarah. Real Madrid adalah klub paling sukses dalam sejarah sepak bola Eropa, dengan koleksi trofi Liga Champions terbanyak dan reputasi sebagai “Raja Eropa”. Namun, di balik segunung prestasi dan dominasi, klub asal ibu kota Spanyol ini juga pernah mengalami kekalahan yang sangat menyakitkan, bahkan memalukan. Dalam sejarah panjang mereka, ada beberapa momen kelam yang menjadi pengingat bahwa bahkan klub sebesar Real Madrid pun tak kebal dari kekalahan telak.
Berikut ini adalah 6 kekalahan terburuk Real Madrid sepanjang sejarah yang tercatat dalam buku besar sepak bola dunia:
1. Real Madrid 0-5 Barcelona (2010)
Pertandingan ini menjadi salah satu kekalahan paling menyakitkan dalam sejarah El Clásico. Laga yang berlangsung di Camp Nou pada 29 November 2010 ini mempertemukan dua pelatih hebat: Pep Guardiola dan Jose Mourinho. Madrid yang saat itu diperkuat Cristiano Ronaldo, Özil, dan Xabi Alonso, tampil tanpa daya menghadapi tiki-taka Barcelona yang dipimpin oleh Lionel Messi, Xavi, dan Iniesta.
Kekalahan 0-5 ini bukan hanya menyakitkan karena skor besar, tetapi juga karena dominasi total dari Barcelona yang membuat Madrid terlihat seperti tim medioker. Mourinho bahkan mengakui bahwa itu adalah salah satu kekalahan terburuk dalam kariernya.
2. Espanyol 8-1 Real Madrid (1929)
Ini adalah kekalahan terbesar dalam sejarah Real Madrid secara skor. Terjadi pada 3 Maret 1929 di ajang Liga Spanyol, saat kompetisi masih sangat muda. Espanyol, yang kini tidak terlalu diperhitungkan di La Liga, pernah membantai Madrid dengan skor telak 8-1.
Pada era itu, sepak bola masih dalam proses berkembang dan belum sekompleks sekarang. Meski begitu, hasil ini tetap tercatat sebagai kekalahan paling memalukan sepanjang sejarah Los Blancos.
3. Liverpool 4-0 Real Madrid (2009)
6 Kekalahan Terburuk Real Madrid Sepanjang Sejarah. Berlaga di Anfield dalam babak 16 besar Liga Champions musim 2008/2009, Real Madrid harus menelan kekalahan memalukan dengan skor 4-0 dari Liverpool. Di bawah asuhan Rafael Benítez, The Reds tampil luar biasa lewat gol dari Torres, Gerrard (2), dan Dossena.
Madrid yang saat itu masih belum memasuki era ‘Galacticos jilid dua’, benar-benar tak berkutik. Kekalahan ini menunjukkan bahwa di pentas Eropa, bahkan tim sebesar Real Madrid bisa diruntuhkan di malam penuh semangat seperti di Anfield.
4. Barcelona 5-0 Real Madrid (1994)
Sebelum era Guardiola, Barcelona juga pernah mempermalukan Madrid dengan skor telak 5-0 pada Januari 1994. Saat itu, Johan Cruyff masih menjadi pelatih Blaugrana dan menghadirkan gaya “Dream Team” yang memukau.
Real Madrid benar-benar hancur oleh permainan menyerang Barca, yang mencetak lima gol tanpa balas lewat Romario (hat-trick), Ronald Koeman, dan Ivan Iglesias. Kekalahan ini memicu krisis internal dalam tubuh Madrid dan jadi awal perombakan besar-besaran.
5. Real Madrid 2-6 Barcelona (2009)
El Clásico musim 2008/2009 ini adalah salah satu pertunjukan terbaik Barcelona di Santiago Bernabéu. Dengan Lionel Messi sebagai “false nine”, Guardiola menunjukkan taktik yang benar-benar revolusioner. Hasilnya? Madrid dipermalukan di kandangnya sendiri.
Skor 2-6 sangat mengejutkan, karena saat itu Madrid juga dalam tren positif. Namun, permainan cepat, kombinasi passing, dan efektivitas serangan Barcelona membuat Madrid tak berdaya. Ini juga menandai bahwa Barcelona siap mengambil alih dominasi La Liga.
6. Real Madrid 1-4 Ajax (2019)
Musim 2018/2019 adalah titik terendah Madrid setelah kepergian Cristiano Ronaldo. Dalam babak 16 besar Liga Champions, mereka unggul 2-1 di leg pertama atas Ajax Amsterdam. Namun, di leg kedua yang digelar di Santiago Bernabéu, Madrid dihancurkan oleh permainan cepat dan penuh semangat dari skuad muda Ajax.
Skor 1-4 menjadi hasil memalukan, sekaligus mengakhiri dominasi Madrid yang sebelumnya juara Liga Champions tiga kali beruntun. Gol dari Ziyech, Neres, Tadić, dan Schöne membuat publik Bernabéu terdiam dan penuh frustrasi.
Penutup
Kekalahan-kekalahan di atas memang mencoreng catatan gemilang Real Madrid. Namun, di situlah letak keindahan sepak bola: tidak ada yang abadi. Kekalahan bukan akhir dari segalanya, justru menjadi pelajaran dan momen pembentukan karakter. Real Madrid sendiri berkali-kali bangkit lebih kuat setelah terjatuh.
Sebagai klub dengan mental juara, Real Madrid tahu betul bagaimana mengubah luka menjadi bahan bakar untuk meraih kejayaan berikutnya. Dan itulah yang membuat mereka tetap dihormati di dunia sepak bola — bukan hanya karena trofi, tapi juga karena kemampuan mereka untuk bangkit dari kekalahan.