Berita bola terupdate. , 9 Bintang yang Jadi Ampas di Liga Inggris. atau English Premier League (EPL), sering disebut sebagai liga paling kompetitif di dunia. Banyak pemain top dunia yang bermimpi bisa bermain di sana. Namun, tidak sedikit pula yang justru gagal beradaptasi, bahkan akhirnya dicap sebagai pembelian gagal. Dalam sepak bola, nama besar dan harga mahal tidak selalu menjamin kesuksesan di atas lapangan.
Berikut adalah 9 bintang sepak bola dunia yang datang ke Premier League dengan ekspektasi tinggi, tetapi justru menjadi ‘ampas’ atau flop yang mengecewakan.
1. Ángel Di María (Manchester United)
Didatangkan dari Real Madrid pada 2014 dengan harga sekitar £59,7 juta, Di María menjadi rekor transfer saat itu untuk Manchester United. Namun, pemain asal Argentina ini gagal menunjukkan performa terbaiknya di bawah asuhan Louis van Gaal. Setelah hanya mencetak 3 gol dalam 27 laga, ia pindah ke PSG hanya semusim kemudian.
2. Andriy Shevchenko (Chelsea)
9 Bintang yang Jadi Ampas di Liga Inggris. Shevchenko datang ke Chelsea pada 2006 dengan status bintang AC Milan dan pemenang Ballon d’Or. Tapi di EPL, ia kesulitan beradaptasi. Meski punya reputasi sebagai striker tajam, Shevchenko hanya mencetak 9 gol dalam 48 laga Liga Inggris dan akhirnya kembali ke klub lamanya.
3. Radamel Falcao (Manchester United & Chelsea)
Striker Kolombia ini sebenarnya datang dengan reputasi menakutkan saat bermain di Atletico Madrid dan AS Monaco. Namun, cedera parah mengganggu kariernya. Saat dipinjamkan ke MU dan kemudian ke Chelsea, ia gagal mencetak dampak nyata. Total hanya mencetak 5 gol dari 41 penampilan di EPL.
4. Alexis Sánchez (Manchester United)
Setelah sukses besar di Arsenal, Sánchez pindah ke MU pada 2018 dengan ekspektasi tinggi. Sayangnya, penampilannya jauh dari harapan. Dalam 32 laga liga bersama Setan Merah, ia hanya mencetak 3 gol. Gaji tingginya pun jadi beban klub hingga akhirnya dilepas ke Inter Milan.
5. Timo Werner (Chelsea)
Werner datang dari RB Leipzig sebagai striker produktif. Fans Chelsea berharap banyak padanya. Namun, ketajamannya menurun drastis di EPL. Meski kerja kerasnya patut diapresiasi, ia hanya mencetak 10 gol dari 56 pertandingan liga, dan akhirnya kembali ke Bundesliga.
6. Donny van de Beek (Manchester United)
Gelandang asal Belanda ini bersinar di Ajax Amsterdam, terutama di Liga Champions 2018/19. Tapi di MU, Van de Beek lebih sering duduk di bangku cadangan. Minimnya waktu bermain membuat perkembangan kariernya mandek, dan ia belum menunjukkan kontribusi signifikan hingga saat ini.
7. João Félix (Chelsea)
Dipinjam dari Atlético Madrid pada musim 2022/23, João Félix sempat memberikan harapan. Tapi sayangnya, ia tak kunjung konsisten. Dalam 16 pertandingan, hanya 4 gol yang berhasil ia cetak. Selain itu, kartu merah di laga debut membuat start-nya kurang ideal.
8. Gonzalo Higuaín (Chelsea)
Didatangkan sebagai solusi lini depan Chelsea pada Januari 2019, Higuaín yang kala itu berusia 31 tahun diharapkan bisa memberi dampak instan. Namun ia hanya mencetak 5 gol dari 18 pertandingan. Performa yang melempem membuat The Blues tak mempermanenkan statusnya.
9. Eliaquim Mangala (Manchester City)
Manchester City membayar mahal untuk memboyong Mangala dari Porto pada 2014. Tapi penampilannya jauh dari kata meyakinkan. Banyak blunder yang ia lakukan, hingga akhirnya lebih sering dipinjamkan dan dilepas secara gratis beberapa musim kemudian.
Kesimpulan
Premier League adalah liga dengan intensitas tinggi dan tekanan besar. Banyak pemain hebat dari liga lain ternyata kesulitan menyesuaikan diri dengan gaya bermain, fisik, dan atmosfer Liga Inggris. Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa menjadi bintang di tempat lain bukan jaminan sukses di EPL.
Beberapa dari mereka memang tidak sepenuhnya gagal—sebagian menyumbang kontribusi kecil atau sukses di klub lain setelahnya. Namun, ekspektasi tinggi yang tak terpenuhi membuat mereka dianggap sebagai pembelian gagal atau bahkan ampas.
Hal ini menjadi pelajaran penting bagi klub dalam mengambil keputusan transfer. Adaptasi, karakter, dan kesiapan mental di kompetisi seketat Premier League sangat menentukan keberhasilan seorang pemain, tak peduli seberapa tinggi nilai transfer atau popularitasnya.